Kamis, 14 Februari 2008

Puber kedua (antara mitos dan kenyataan)


Puber kedua adalah masa dimana seseorang mengalami perpindahaan tahapan . dari dewasa menjadi tua. Perpindahaan ini sekaligus diikuti oleh rasa kekuatiran atau ketakutan , misal takut menjadi tua, takut tidak menarik lagi, takut mati, takut tidak berguna lagi, takut tidak kuat lagi dan lain-lain. Biasanya seseorang yang mengalami puber kedua ini, kelakuan dan sifatnya menjadi aneh dan agak sulit ditebak. Mereka mendadak menjadi cenderung penakut, cengeng, menutup diri dan ingin mencari perhatian.
Sebenarnya bagi mereka sendiri ini adalah masa-masa yang sulit, mereka menjadi demikian rapuh dan mudah terseinggung atau merasa tidak diperhatikan Di sinilah peran pasangannya harus lebih toleran dan mencoba memahami apa yang ditakutkannya.
Kebanyakan orang yang mengalami puber kedua merasakan perubahan fisik dirinya. Fisik mereka memang perlahan berubah mengikuti usia, Nah dalam alam kesadarannya, orang-orang ini memiliki kecenderungan kuat menolaknya. Misal saat rambutnya mulai memutih, orang yang mengalami puber ke dua akan segera menyemir rambutnya. Barangkali itu hal wajar, bila dilakukan tanpa kekuatiran dan ketakutan berlebihan.
Yang berbahaya dalam tahapan ini seseorang justru ingin menutupi ketakutannya dengan perilaku yang berbahaya, seperti dia takut dikatakan tidak menarik lagi dan sudah menurun vitalitasnya dalam berhubungan seks. Maka dia akan mencoba untuk menutupinya dengan berhubungan dengan orang yang lebih muda dengan harapan dia bisa bersaing dengan yang muda.
Bahaya yang ditakutkan para istri dari suami yang puber kedua adalah selingkuh. Ini merupakan kenyataan, mayoritas yang kuatir adalah para istri, meski istripun bisa saja mengalami puber kedua. Pada masa ini, orang-orang yang mengalami puber kedua, sering terjebak dalam percintaan semu. Kasus ini sering terjadi karena orang-orang puber kedua memiliki kecenderungan untuk mengulang kembali masa percintaan, masa awal-awal pernikahan, atau bahkan masa ABG. Kecenderungan ini bila tidak disikapi dan diselaraskan dengan bijak oleh pasangan, sering menjadi sumber perpecahan rumah tangga.

Bahaya Puber Kedua
Banyak sekali kita temukan kasus-kasus perceraian. Dan tak sedikit yang berawal dari ketidak selarasan antar keduanya. Ketidak selarasan ini kerap berbuah ketidak cocokan yang yang meruncing kearah perpecahan.
Bila ketidak selarasan itu terjadi karena salah satu pasangan yang kurang memahami perubahan psikis pasangan akibat puber kedua, sungguh menjadi hal yang maat disayangkan.
Puber kedua adalah masa yang boleh dibilang banyak orang mengalaminya. Bisa terjadi pada masa rentang usia 30, 40, bahkan tidak sedikit yang baru mengalaminya di umur 50 an. Di rentang usia itulah siklus hidup seseorang berada dalam fase “advance”.
Kenapa "advance"? saat itu seseorang umumnya tengah berada di puncak karier, punya penghasilan tinggi , memiliki berbagai fasilitas seperti rumah, mobil, dan Villa. sementara anak-anak pun sudah beranjak besar. Kondisi ini memungkinkan mereka mencari suatu tantangan baru. Artinya secara keseluruhan, mereka anggap hidup telah mencapai titik kepuasan dan perlu mencari kepuasan baru. Agar mereka "merasa" tetap hidup atau menjadi pusat perhatian dalam keluarganya

Sebenarnya perubahan ini ada dampak positifnya, karena pada umumnya muncul kebiasaan baru pasangan yang tampak mengutamakan penampilan dan ini menyenangkan bagi pasangannya karena menjadi lebih rapi, elegan, wangi, dan trendi. Perubahan ini sebenarnya bisa membuat hubungan suami-istri jadi lebih harmonis. Mereka akan serasa kembali ke masa muda, saling menyayangi dan memperhatikan.
Kehidupan seks pun serupa, perubahan ini cenderung membawa kehidupan seks menjadi kembali bergairah. Bagi kaum pria yang memiliki kehidupan seks tak terbatas usia, harus pandai dan bijak bersikap. kemampuan seksual istri yang terbatas harus diterima sebagai bentuk konsekuensi alami. Sementara istri sebisa mungkin memberikan bentuk kasih sayang lain dan perhatian yang tak kalah hangat.
Kehidupan rumah tangga pasangan usia setengah baya umumnya berada di masa-masa rawan. Kalau tak bijaksana mencermatinya, mudah sekali pernikahan ini disusupi berbagai haI yang akan menghancurkannya. Jika hal-hal mendasar tadi tidak segera diatasi, individu yang tengah mengalami puber kedua memang sulit menolak perselingkuhan